Syekh H. Amran As-Shamad yang biasa dipanggil
dengan Buya Amran merupakan sosok Ulama Canduang yang memiliki karismatik,
beliau lahir sekitar tahun 1930 an. Sejak kecil Buya Amran sudah menampakan
kecerdasannya dan keshalihannya, beliau belajar dari satu surau ke surau lainnya
mulai dari Surau Pakan Kamih Canduang (MTI Canduang yang Sekarang) bersama guru
beliau Syekh Sulaiman Arrasuli, inyiak Canduang, hingga ke Aceh bersama guru
beliau Syekh Tengku Muda Wali.
Buya Amran merintis pesantren di desa 3
Kampuang, kecamatan Canduang, Bukittinggi sekitar tahun 1999 yaitu Pondok
Pesantren At-Taqwa 3 Kampung Canduang dengan menitik beratkan pada pelajaran
Agama dengan mengajarkan kitab-kitab karangan ulama masa dahulu dan didukung
oleh program pemerintah dengan nama pesantren Salafiyah seperti
pesantren-pesantren yang ada di Jawa pada umumnya. Dulu beliau mengajar di MTI
Canduang sebelum manajemen pendidikan diubah kepada yang modern telah banyak
melahirkan ulama dan orang-orang ternama seperti murid beliau diantaranya Buya H.Zamzami Yunus (Pendiri sekaligus pimpinan PP. Ashabul Yamin), Buya Amilizar
Amir (Pendiri Surau Suluk di Barulak sekaligus pembimbing Thariqa Naqsabandiyah), Buya Muhammad Busra (Penggerak Majelis Dzikir dan Ta'lim sekaligus Pimpinan FPI Sumbar), Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan (Dosen STAIN Surakarta Guru Besar dibidang Tafsir), Prof.Dr.H.Makmur Syarif,SH,M.Ag (Rektor IAIN IB Padang), Prof. Dr. H. Salmadanis,MA (Pembantu Rektor II IAIN IB Padang).
Buya Amran sosok ulama yang cukup sempurna
dalam menjalankan perintah agama, beliau bukan saja mengajarkan dalam ilmu
syari’ah tapi juga menjalankan kehidupan dengan metode bertashauf, tarekat yang
di anutnya tarekat Naqsabandiyyah Qodiriyyah. Maka wajar jika dalam perilaku
sehari-hari beliau penuh tawadhu’,istiqomah ,zuhud dan ikhlas. Banyak dari
beberapa pihak maupun wartawan yang coba untuk mempublikasikan kegiatannya di
pesantren selalu di tolak dengan halus oleh Buya Amran begitupun ketika beliau
di beri sumbangan oleh para pejabat beliau selalu menolak dan mengembalikan
sumbangan tersebut.
Beliau bukan hanya ahli dalam mengajarkan ilmu
kitab kuning dan syariat, dalam hal bertukang, menjahit, dan bercocok tanam
beliau juga ahli, ini saya lihat sendiri selama bersama dengan beliau.
Beliau Sosok ulama yang tidak mau tersohor di
dunia, tampak beliau karismatik dan tawadhu’yang menjadi tumpuan berbagai
kalangan masyarakat untuk dimintai nasihatnya, sehingga banyak murid-murid
beliau yang minta nasehat kepada beliau tentang kehidupan dunia, siapapun
orangnya yang ingin mendapat nasehat dan belajar dari beliau, dengan senang
hati beliau melayani, bukan hanya dari masyarakat Canduang saja tapi juga umat
islam pada umumnya.(ay)
Tags:
Alfi Yandra
Alhamdulillah, beliau sehat dan masih punya semangat tinggi mengembangkan pendidikan
BalasHapusAduh....beliaulah yang menempa saya membaca kitab kuning.....dan ilmu mantiq serta tasawuf.....
BalasHapus